Ayah untuk Negri
Negriku, di depan mata akan segera datang ayahmu
Bak mentari dan paginya yang cerah
Ayah baru akan menyayangimu,
Tanpa mengharapkan pengembalian darimu,
Tanpa merampas uang tabunganmu lagi.
Ayah, kami akan memilihmu esok hari
Ayah, jangan lagi biarkan kami lapar dan mengais disiang hari,
apa lagi meminta....
Ayah, jangan tegakan kami memeluk dingin di emperan jika malam menjelang
Ayah, buatkan dinding-dindang kokoh,
dengan kolong kasur, bukan lagi kolong jembatan
Ayah, didik kami dengan nada yang ramah, bukan lagi bentakan kasar dan tembakan
Ayah, Negri ini rumah kami dan engkau ayah kami
Ayah, hapuskan air mata kemiskinan kami dan peluk kami kedalam dada kepemimpinanmu
Ayah, kami anak negri yang mengharapkanmu
Yang mengenalkan kami pada ketauhidan
Jika kami bisa patuh pada Tuhan,
Maka kami akan tahu menghormati dan menyeganimu
Ayah, sayangi kami dan rumah ini...
Tulungagung, 08 April 2014
anak negri yang rindu akan kedamaian negri sendir
Sabtu, 26 April 2014
Kamis, 13 Maret 2014
Di tepi Jalan
Di
Tepi Jalan...
Di
tepi jalan yang kecil meminta,
Berharap
si raja memberi sedikit kasih
Di
sana berdebu, yang miskin meminta
Berharap
si kaya mau meraihnya
Di
bawah kolong itu, yang lemah meminta,
Berharap
saudara menengok nasibnya
Di
tepian jalan, mereka menangis, merintih menjerit...
Hidup
merapuh, meminta dan menerima,
Yang
kaya berpesta...
Hidup
bercanda ria...
Seolah
ia tak punya saudara...
Yang
kaya tertawa foya...
Tiada
kasih dan tiada pduli..
saudara
yang di sana masih menanti
sesuap
perhatian yang suci...
itulah
hidup...
semakin
membudaya
tiada
kasih bagi mereka yang lemah...
Tulungagung,
14 Maret 2014
Rabu, 12 Maret 2014
Tempat dan Waktu aterbaik Kita
TEMPAT DAN
WAKTU TERBAIK KITA
Dimana kita saat ini berada adalah tempat dan waktu terbaik kita!
Dimana kita berpijak besok, maka itu adalat tempat terbaik bagi
kita.
Begitu pula besok lusa, besok lusa, besok lusanya lagi, dan
seterusnya..., saat itu dan di situlah tempat terbaik kita! Maka demikian
halnya dengan kemarin, dimana saja kita berada kemarin, sebenarnya di situ
adalah tempat terbaik kita! Hanya tinggal bagaimana kita mau melakukan yang
terbaik di tempat kita berada.
Cobalah mengingat-ingat, dimana saja kemarin kita berada, lalu
cobalah meraba ada hal apa yang sebenarnya bisa kita lakukan namun kemarin kita
lewatkan... ehm... pasti ada!!!
Seharusnya, kemarin dapat pergi ke perpustakaan dan mengerjakan
tugas, tapi??? Itu tidak
terlaksanakan...
Seharusnya kemarin ada banyak waktu untuk membaca Al-Qur’an,
tapi??? Ada saja alasan untuk tidak membacanya....
Memang itu hal-hal yang mungkin kecil dan sepele, tapi jangan
salah! Hal itu, hari itu, kesempatan itu adalah kumpulan hal-hal yang akan
membawa diri kita pada yang terbaik, tempat yang tebaik.
Sebagai contoh, banyak putra-putri kyai yang dibesarkan, dididik,
dan dikenalkan dengan dunia pesantren yang kental dengan syarat religius,
merasa bahwa ia hanya berada dalam tempurung, berada dalam sangkar yang tak
memiliki kebebasan mengekspresikan diri. Dia bukan semakin berusaha memahami
lingkungannya, dunianya, dan tempatnya berada untuk kemudian merenungkan hal
terbaik apa yang bisa dia lakukan di tempat terbaiknya itu, namun dia malah
sibuk memikirkan sisi-sisi yang menurutnya itu hanyalah bentuk keotoriteran
dunianya, pesantren. Maka yang tejadi, dia akan menyibukkan diri untuk keluar
dari dunia yang sudah menjadi tempatnya sejak lahir, bahkan tidak sedikit yang
berbalik dan menjadi benci dengan tempatnya sendiri tersebut.
Namun di sisi lain, tidak sedikit anak-anak dari kaum biasa, bukan
berdarah dari pesantren memimpikan kehidupan yang tidak pernah sepi dari
santri, dari ngaji , dari hiruk pikuk kegiatan religi. Mereka bertanya,
kenapa aku tidak dilahirkan di lingkungan pesantren yang selalu mulia, yang
dipandang terhormat? Kenapa orang tuaku bukan seorang abah dan umi? Kenapa aku
tidak ditaqdirkan hidup bla bla bla bla bla..... dst.
Dia merasa tempatnya hidup saat ini tidak ada yang menarik. Dia
merasa tempatnya menyambung hidup, tempatnya menghirup udara sejuk saat ini
bukan tempat yang dia inginkan. Padahal, banyak hal luar biasa yang telah Allah
kirimkan di sekitar dia sebagai hal yang akan mengantarkannya pada derajat,
pada diri, dan pada tempat yeng terbaik.
Sekali lagi, semua tergantung bagaimana diri kita mau melakukan hal
terbaik yang mampu kita lakukan di tempat kita berdiri sekarang. Untuk membuktikan bahwa tempat kita saat ini
adalah tempat yang terbaik itu, hanya bisa dibuktikan oleh oleh diri kita
sendiri.
Jadi, dua hal yang menurut saya penting untuk membuat diri kita
merasa telah berada pada tempat yang terbaik adalah syukur dan usaha kita
melakukan yang terbaik di tempat itu!!!
Selalu merasa kurang adalah sifat kita sebagai manusia. Maka rasa
syukur adalah sikap untuk melawannya. Tanpa mampu mensyukuri yang ada, maka
kita hanya akan menyalahkan keadaan dan menginginkan yang lain.
Maka, hal terakhir yang saya katakan dalam tulisan ini adalah jika
kita telah melakukan yang terbaik di tempat ini, maka bukan tidak mungkin kita
akan mampu menciptakan dunia yang kita inginkan. Pantaskanlah dirimu dan
buatlah dirimu pantas untuk berada pada dunia yang kamu inginkan!!! Selamat berusaha
dan terimakasih...
لا بدّ علينا ان يعتقد "هذ المكان الأحسن!!!"
13 Maret 2014
Selasa, 11 Maret 2014
Bocah Sebrang Jalan
Bocah Sebrang Jalan
hei bocah....
siapa namau??? mana rumahmu??? ngapain kau selalu
disani???
lusa kau disini, kemarin,,, dan sekarang masih
disini???
apa yang kau cari bocah,,,,
hei bocah...
hari ini kau juga disini???
tengoklah...
senja sudah semakin menua...
matahari sudah enggan menemanimu jalan-jalan...
pegang...
tubuhmu sudah penuh embun...
luluh dengan lelah...
hei bocah...
pulanlah...
perempatan ini bukan rumahmu...
orang-orang itu bukan orang tuamu atau saudaramu...
bocah... pulanglah...
aku tak tega melihatmu...
aku tak bisa menghidupimu...
bocah... sampai kapan kau buat aku menangis
melihatmu...???
kembalilah...
jangan lagi meminta-minta...
apalagi pada mereka...
mereka hanya dermawan padanya sendiri...
hei bocah...sudah...
jangan terus di sebrang jalan ini...
hariku tak akan terus ada aku..
sudah...
negri ini surgamu...
bukan tempatmu meminta-minta...
kamis/ 01 Januari 2014
Senin, 17 Februari 2014
Guyonan Gus Dur
Seorang bule berjalan-jalan di Jakarta. Karena merasa tersesat, dia kemudian bertanya kepada seorang penjual gorengan. "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho oh," jawabnya.
Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab, "Betul."
Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas. "Apa ini Jalan Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar."
Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu ia bertanya kepada tukang gorengan dijawab "Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar."
Gus Dur diam sejenak, lalu menjawab, "Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau bertanya kepada tamatan perguruan tinggi maka jawabannya benar."
Bule itu puas dengan jawaban Gus Dur, mengangguk dan akhirnya bertanya, "Jadi Anda ini seorang sarjana?". Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho..oh!" (@nam)
Tentang Cinta
17 Februari 2014 pukul 8:59
Tentang CintaBertahta cinta di singgasananya
Tanpa peduli pada siapa…
Tanpa bertanya untuk siapa…
Ia menjelma bak sang raja,
Yang siap menguasai siapa saja….
Ribuan kata tak cukup indah mengibaratkannya
Ribuan kata tak cukup megah menggambarkannya
Ribuan kata tak akan cukup manis untuk mengejanya,
Menafsirkan tentang apa itu cinta…
Cinta,
Biar ku rangkai menjadi sebuah syair
Biar ku coba menjadikannya sebagai lagu manis
Biar ku coba menciptanya sebagai sebuah puisi
Yang ku tau, semua tetap tak cukup bermakna untuk mengubahnya
Cinta,
Begitu indah…
Memesona…
Penuh kesejukan..
Manis dirasa…
Itulah yang ku sebut dengan cinta suci…
Maka, jangan kau coba memberinya noda,
Biar pun setitik aku tak akan rela…
Memang terlalu ia memanja
Tapi cinta bukan untuk bermanja
Cinta bukan sekedar apa itu senang dan bahagia
Kalau mencintai memang banyak cara,
Maka, tak menuruti apa saja yang ia minta
adalah caraku mencintainya…..
Penjara Suci,
17 Feb ‘14
Sabtu, 08 Februari 2014
Muasykar Lughah
Muaskar Lughah Warga PBA
Muaskar
Lughah adalah salah satu kegiatan tahunan yang digelar oleh HMPS-PBA (Himpunan
Mahasiswa Program Studi-Pendidikan Bahasa Arab) IAIN Tululngagung setiap libur
tengah semester. Kegiatan ini diadakan selama kurang lebih empat hari tiga
malam, ditempat yang berbeda setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk melatih
siswa mengenal lingkungan masyarakat yang berbeda-beda dan mengeratkan ukhuwah
Islamiyah warga PBA dengan suasana yang berbeda serta menyenangkan, tidak
hanya dalam lingkup kampus yang sudah setiap hari dapat ditemukan.
Tujuan dari kegiatan ini disamping sebagai
pengisi waktu libur panjang, kegiatan ini dapat mempersatukan seluruh warga PBA
dari semua jenjang semester, bahkan mempertemukan kembali dan memperkenalkan
mahasiswa PBA dengan kakak-kakak alumni PBA yang telah lulus. selain sebagai
pengerat ukhuwah,
aktifitas dalam agenda Muaskar Lughah ini penuh dengan pembelajaran dan pelatihan bahasa (khususnya Bahasa Arab) untuk seluruh peserta. Pembelajaran bahasa dalam kegiatan ini dikemas dengan sekreatif mungkin dan semenyenangkan mungkin, sehingga peserta tidak jenuh dalam mempelajari bahasa Arab itu sendiri.
Muaskar
Lughah yang diadakan oleh HMPS-PBA, khususnya mahasiswa semester tiga sebagai
panitia inti pada tanggal 27-30 Desember 2013 kemarin mengusung tema “اللغة العربية كاللغة الموحدة” (Bahasa Arab sebagai Bahasa Persatuan), tema ini diwujudkan
kedalam kegiatan yang ada di dalamnya yaitu Cerdas Cermat Bahasa Arab, Drama
Bahasa Arab, Debat Bahasa Arab, Ghina’ Bahasa Arab, Khitobah Bahasa Arab, Tadabbur
Alam, dan sebagainya. Seluruh kegiatan dalam Muaskar Lugah ini adalah kumpulan
dari ide-ide kreatif mahasiswa PBA, khususnya panitia inti Muaskar Lughah tahun
ini.
Semua
kegiatan tersebut dilombakan dengan berkelompok, sehingga antar mahasiswa PBA
akan terlatih untuk saling bekerjasama, menjaga kekompakan, dan belajar hidup
sosialis. Namun demikian, tidak sebatas dalam kegiatan Muaskar Lughah itu saja makna
dari tema ini ditekankan. Pada kesempatan Tadabbur Alam, peserta Muaskar Lughah
yang terdiri dari semester satu diberikan kesempatan untuk bertemu, mengenal,
dan berbincang dengan kakak-kakak semester lima keatas. Pada kesempatan ini,
kakak-kakak menekankan pada seluruh peserta untuk tetap menjaga kekompakan,
menjaga kebersamaan, menjaga persatuan antar warga PBA baik dalam kegiatan ini,
dalam kampus, atau dimanapun bertemu.
“Mungkin
pada hari pertama pelaksanaan kegiatan ini akan muncul asumsi-asumsi yang
terkesan membosankan mengikuti kegiatan ini, namun pada akhirnya, pada
hari-hari berikutnya pasti sangat terasa indahya kebersamaan selama kegiatan
tersebut dan rasanya tidak ingin kebersamaan yang menyenangkan itu cepat
berakhir walaupun lelah sudah pasti sangat dirasakan oleh seluruh peserta
maupun panitia”, pengakuan salah seorang mahasiswa PBA yang pernah mengikuti
Muaskar Lughah.
Agenda
Muaskar Lughah HMPS-PBA ini mungkin bisa menjadi salah contoh kegiatan yang harus
dipertahankan dan dikembangkan dalam rangka ikut berpartisipasi meningkatkan
kualitas mahasiswa di IAIN Tulungagung. Selain itu, pengenalan kegiatan Muaskar
Lughah kepada seluruh pembaca ini semoga dapat memberikan sedikit kontribusi untuk
teman-teman yang ingin mengadakan agenda untuk jurusannya masing-masing yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kampus IAIN Tulungagung kita tercinta.
Langganan:
Postingan (Atom)