TEMPAT DAN
WAKTU TERBAIK KITA
Dimana kita saat ini berada adalah tempat dan waktu terbaik kita!
Dimana kita berpijak besok, maka itu adalat tempat terbaik bagi
kita.
Begitu pula besok lusa, besok lusa, besok lusanya lagi, dan
seterusnya..., saat itu dan di situlah tempat terbaik kita! Maka demikian
halnya dengan kemarin, dimana saja kita berada kemarin, sebenarnya di situ
adalah tempat terbaik kita! Hanya tinggal bagaimana kita mau melakukan yang
terbaik di tempat kita berada.
Cobalah mengingat-ingat, dimana saja kemarin kita berada, lalu
cobalah meraba ada hal apa yang sebenarnya bisa kita lakukan namun kemarin kita
lewatkan... ehm... pasti ada!!!
Seharusnya, kemarin dapat pergi ke perpustakaan dan mengerjakan
tugas, tapi??? Itu tidak
terlaksanakan...
Seharusnya kemarin ada banyak waktu untuk membaca Al-Qur’an,
tapi??? Ada saja alasan untuk tidak membacanya....
Memang itu hal-hal yang mungkin kecil dan sepele, tapi jangan
salah! Hal itu, hari itu, kesempatan itu adalah kumpulan hal-hal yang akan
membawa diri kita pada yang terbaik, tempat yang tebaik.
Sebagai contoh, banyak putra-putri kyai yang dibesarkan, dididik,
dan dikenalkan dengan dunia pesantren yang kental dengan syarat religius,
merasa bahwa ia hanya berada dalam tempurung, berada dalam sangkar yang tak
memiliki kebebasan mengekspresikan diri. Dia bukan semakin berusaha memahami
lingkungannya, dunianya, dan tempatnya berada untuk kemudian merenungkan hal
terbaik apa yang bisa dia lakukan di tempat terbaiknya itu, namun dia malah
sibuk memikirkan sisi-sisi yang menurutnya itu hanyalah bentuk keotoriteran
dunianya, pesantren. Maka yang tejadi, dia akan menyibukkan diri untuk keluar
dari dunia yang sudah menjadi tempatnya sejak lahir, bahkan tidak sedikit yang
berbalik dan menjadi benci dengan tempatnya sendiri tersebut.
Namun di sisi lain, tidak sedikit anak-anak dari kaum biasa, bukan
berdarah dari pesantren memimpikan kehidupan yang tidak pernah sepi dari
santri, dari ngaji , dari hiruk pikuk kegiatan religi. Mereka bertanya,
kenapa aku tidak dilahirkan di lingkungan pesantren yang selalu mulia, yang
dipandang terhormat? Kenapa orang tuaku bukan seorang abah dan umi? Kenapa aku
tidak ditaqdirkan hidup bla bla bla bla bla..... dst.
Dia merasa tempatnya hidup saat ini tidak ada yang menarik. Dia
merasa tempatnya menyambung hidup, tempatnya menghirup udara sejuk saat ini
bukan tempat yang dia inginkan. Padahal, banyak hal luar biasa yang telah Allah
kirimkan di sekitar dia sebagai hal yang akan mengantarkannya pada derajat,
pada diri, dan pada tempat yeng terbaik.
Sekali lagi, semua tergantung bagaimana diri kita mau melakukan hal
terbaik yang mampu kita lakukan di tempat kita berdiri sekarang. Untuk membuktikan bahwa tempat kita saat ini
adalah tempat yang terbaik itu, hanya bisa dibuktikan oleh oleh diri kita
sendiri.
Jadi, dua hal yang menurut saya penting untuk membuat diri kita
merasa telah berada pada tempat yang terbaik adalah syukur dan usaha kita
melakukan yang terbaik di tempat itu!!!
Selalu merasa kurang adalah sifat kita sebagai manusia. Maka rasa
syukur adalah sikap untuk melawannya. Tanpa mampu mensyukuri yang ada, maka
kita hanya akan menyalahkan keadaan dan menginginkan yang lain.
Maka, hal terakhir yang saya katakan dalam tulisan ini adalah jika
kita telah melakukan yang terbaik di tempat ini, maka bukan tidak mungkin kita
akan mampu menciptakan dunia yang kita inginkan. Pantaskanlah dirimu dan
buatlah dirimu pantas untuk berada pada dunia yang kamu inginkan!!! Selamat berusaha
dan terimakasih...
لا بدّ علينا ان يعتقد "هذ المكان الأحسن!!!"
13 Maret 2014