Media Pembelajaran Unsur Bahasa
A. Pendahuluan
Media pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran bahasa asing,
termasuk untuk pembelajaran bahasa Arab. Telah banyak pembuktian keefektifan
pengguanaan media dalam pembelajaran bahasa asing. Media pembelajaran merupakan
salah satu penunjang positif dalam prosese pembelajaran di kelas. Pemanfaatan
media pembelajaran dapat merubah kondisi
belajar dalam kelas menjadi lebih menarik. Sehingga, siswa dapat belajar
dengan lebih menyenangkan dan materi dapat diserap lebih maksimal.
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Dalam pemanfaatan media yang
sangat beragam tersebut, seorang pendidik atau guru harus memperhatikan hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilh media apa yang dapat digunakan dalam
pelajaran tersebut. Selain itu, banyak pengetahuan tentang media yang harus
diperhatikan dan harus diketahui oleh seorang pendidik atau guru.
Hal itu dimaksudkan agar seorang pendidik atau guru lebih memahami
manfaat dari penggunaan media, karena pada kenyataannya masih banyak guru yang
beranggapan sulitnya pengguanaan media karena beberapa alasan seperti:
penyediaan media membutuhkan biaya banyak, waktu yang panjang, dan tenaga yang
lebih.
Oleh sebab itu, penyusun menyusun makalah yang berjudul “Media
Pembelajaran Unsur-Unsur Bahasa” ini, disamping sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Media Pembelajaran Bahasa Arab, penulis juga berharap makalah ini dapat
memberi sedikit tambahan pengetahuan tentang media pembelajaran kepada pembaca.
B. Media Pembelajaran
Unsur Bahasa
Dalam kajian linguistik dengan menggunakan
pendekatan struktural, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang terdiri dari
komponen-komponen atau unsur-unsur yang dapat dipisahkan dan dibedakan satu
komponen dari komponen yang lain. komponen tersebut meliputi bunyi bahasa,
kosakata, dan tata bahasa. Dalam pendekatan struktural, membelajarkan bahasa
berarti mengajarkan penguasaan terhadap komponen-komponennya.
Adapun pembelajaran komponen-komponen bahasa
dapat diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran bahasa sebagaimana
berikut:
1.
Media Pembelajaran Ashwat (bunyi)
Dalam
pembelajaran bahasa, penguasaan terhadap bunyi menjadi sangat penting. Tujuan
pembelajaran bunyi secara umum meliputi penguasaan seluruh sistem bunyi baik
dalam bentuk mengenal dan memahami bunyi secara reseptif, maupun dalam bentuk
melafalkan dan menggunakan bunyi bahasa secara aktif produktif.
Selain dalam bentuk konsonan dan vokal, sistem
bunyi meliputi tinggi rendahnya suara (al-thul), tekanan kata dan
kalimat (al-nabr), intonasi (al-tanghim), dan sebagainya.
Media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan bunyi diantaranya adalah
a.
Laukhah an-Nutqi (bagan artikulasi ucap) yang terdiri dari beberapa alat
ucap.
b. Kartu bergambar. Seperti
gambar jeruk (), untuk bunyi “ba”, gambar baju, untuk bunyi (..) untuk bunyi
tsa’.
c.
Rekaman bunyi-bunyi hijaiyah
pada kaset atau CD
d.
Rekaman bacaan Al-Qur’an untuk
mengajarkan intonasi, tekanan, dan waqaf
2.
Media Pembelajaran Mufrodat (kosakata)
Penyampaian
pesan bahasa menuntut penggunanya untuk bisa memilih kosakata yang tepat dan
sesuai agar dapat mengungkapkan makna yang dikehendaki. Pemahaman yang tepat
terhadap pesan yang disampaikan melalui bahasa banyak ditentukan oleh pemahaman
dan penggunaan yang tepat terhadap kosakata yang digunakan dalam percakapan
tersebut.
Dalam
mengajarkan kosakata pada siswa, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan
agar pembelajaran unsur tersebut berhasil dilakukan. Tahap-tahap mengajarkan
kosakata sebagai berikut:
a.
Dengan cara menunjuk secara langsung pada benda
(kosakata) yang diajarkan. Contoh, jika guru mengajarkan kosakata seputar
tentang kelas, maka guru menunjuk benda yang dituju “..”. guru tidak perlu
menterjemahkan kata tersebut, akan tetapi langsung menunjuk pada benda yang
dimaksud, yaitu papan tulis.
b.
Dengan cara menghadirkan miniatur dari benda (kosakata)
yang diajarkan. Contoh, guru ingin memberikan sebuah kosa kata sebuah rumah
yang indah, nyaman, dan asri, maka guru cukup menghadirkan sebuah miniatur dari
rumah.
c.
Dengan cara memberikan gambar dari kosakata yang ingin
diajarkan. Contoh, apabila seorang guru ingin mengajarkan kosakata tentang sapi
atau kambing, maka guru cukup menunjukkan gambar gambar dari kosakata tersebut.
d.
Dengan cara memperagakan dari kosakata yang ingin
disampaikan. Contoh, seorang guru ingin menyampaikan kosakata (khususnya yang
terkait dengan kata kerja) maka guru bisa melakukannya dengan cara memperagakan
kosakata tersebut tampa harus menterjemahkan ke dalam bahasa ibu, seperti
kosakata “” guru cukup memperagakan berjalan di depan kelas,
e.
Dengan cara memasukkan kosakata yang diajarkan dalam
kalimat. Apabila guru ingin mengajarkan kosakata “..”, maka ia harus
meletakkannya i dalam jumlah “....”, tidak usah diterjemahkan ke dalam bahasa ibu.
f.
Dengan cara memberikan padanan kata “..”, contoh, ketika
guru memberikan kosakata “..”, maka harus memberikan padanannya “..”.
g.
Dengan cara memberikan lawan kata “..”, contoh, guru
ingin menyampaikan kosakata “..” maka ia harus memberikan lawan katanya “..”.
h.
Dengan cara memberikan definisi dari kosakata yang
diberikan. Contoh, guru memberikan kosakata “..” maka ia cukup memberikan
definisinya “..”.[2]
Media-media yang
dapat digunakan dalam pembelajaran mufrodat adalah miniatur benda asli, gambar
atau foto, atau permainan kartu.
a.
Miniatur benda asli
Miniatur adalah
gambar kecil dari benda yang sebenarnya, seperti miniatur mobil, miniatur
apartemen, miniatur buah-buahan, dan lain-lain. Dengan menghadirkan miniatur
tersebut, guru dengan mudah tinggal mengucapkan, menunjuk, dan menjelaskan
masing-masing kosakata yang hendak diajarkan.[3]
b.
Foto dan gambar
Foto dari sebuah
benda aslinya yang dihasilkan dari camera, bisa digunakan untuk media
pembelajaran kosakata begitu juga dengan gambar yang dibuat sendiri oleh guru,
dan biasanya foto atau gambar tersebut dibuat dalam bentuk kartu (kartu
mufradat). Ukuran yang digunakan adalah 16 cm x 20 cm, dan akan lebih menarik
lagi apabila kartu tersebut diberi warna-warni. Mengenai ukuran guru bisa
menyesuaikan dengan kebutuhan kelasnya yang terpenting adalah ketika seorang
guru mendesain kartu tersebut harus ingat prinsip keseimbangan, keserasian, dan
keharmonisan.[4]
c.
Kartu wamdhiyah
Kartu wamdhiyah, yaitu kartu yang terbuat dari
karton atau kertas yang kuat dan ukuran biasanya 18 cm × 22 cm, guru bisa
menyesuaikan ukuran tersebut.kartu tersebut kemudian ditempel yang dikehendaki.
Biasanya diambilkan dari koran, majalah, atau gambar-gambar iklan dengan
ketentuan bagian muka untuk gambar dan bagian belakang untuk kosakata gambar. Media
yang digunakan dan dimanfaatkan oleh guru dalam membelajarkan kosakata
tergantung pada tingkat keaktifan, kreatifitas dan inovasi guru bahasa.[5]
Dalam pembelajaran
mufradat, guru harus menyiapkan kosakata yang tepat bagi siswa. Oleh karena
itu, seorang guru harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip pemilihan mufradat
sebagai berikut:
1.
Tawatur artinya memilih mufradat
yang sering digunakan.
2.
Tawazzu’ artinya memilih mufradat
yang banyak digunakan di negara-negara Arab.
3.
Mataahiyah memilih kata tertentu dan
bermakna tertentu pula (bidang-bidang tertentu).
4.
Ulfah artinya memilih kata-kata
yang terkenal serta meninggalkan kata-kata yang jarang didengar penggunaannya.
Contoh, kata syamsun lebih terkenal
dari pada kata dzuha’ walaupun
artinya sama.
5.
Syumuul artinya memilih kata yang
dapat digunakan dalam berbagai bidang. Contoh, kata baitun lebih baik dari pada manzil,
karena penggunaannya lebih umum.
6.
Ahammiyah artinya memilih kata-kata
yang sering dibutuhkan penggunaanya oleh siswa.
7.
‘uruubah artinya memilih kata-kata
Arab dari pada bahasa lain. Contoh, memilih kata haatif dari pada telpon.[6]
Ada beberapa
petunjuk umum yang berhubungan erat dengan pembelajaran mufrodat dalam programm
pembelajaran bahasa Arab sebagaimana berikut:
a.
Jumlah mufradat yang diajarkan.
Ada perbedaan
pendapat tentang jumlah mufradat yang diajarkan kepada siswa pada program
pembelajaran bahasa Arab untuk non Arab. Ada yang mengusulkan berjumlah antara
750 sampai dengan 1000 mufradat untuk tingkat pemula, 1000 sampai dengan 1500
mufradat untuk tingkat lanjutan dan 1500 sampai dengan 2000 mufradat untuk
tingkat atas. Ada pula yang berpendapat bahwa 2000 atau 2500 mufradat pada
tinggkat ibtida’i cukup bagi mereka
dengan syarat mereka belajar menyusun kalimat dan terampil menggunakan kamus.
b.
Daftar mufradat.
Secara sederhana
tergambar, memungkinkan pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa Asing jika
siswa hafal seperangkat mufradat bahasa Arab yang sering digunakan beserta
terjemahannya ke dalam bahasa yang dikenal siswa.
c.
Cara menjelaskan makna mufradat.
Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan guru untuk menjelaskan makna kosa-kata, diantaranya:
1)
Dengan menampilkan benda atau contoh yang ditunjukkan
oleh makna kata.
2)
Dengan peragaan tubuh.
3)
Dengan bermain peran.
4)
Menyebutkan lawan katanya.
5)
Menyebutkan sinonimnya.
6)
Menyebutkan kelompok katanya.
7)
Menyebutkan kata dasarnya/
8)
Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
9)
Mengulang-ulang bacaan.
10) Mencari makna kara dalam
kamus.
11) Menerjemahkan ke dalam
bahasa siswa.[7]
3.
Media Pembelajaran Qowa'id (tata bahasa)
Qowa'id
merupakan salah satu komponen bahasa yang penting dan tidak terpisahkan berkaitan dengan penataan kata dalam merangkai
kata-kata. Selain itu, tata bahasa juga berkaitan dengan perubahan bentuk kata
dalam bahasa Arab. Tujuan pembelajaran tata bahasa secara garis besar meliputi
pemahaman dan penggunaan pembentukan kata, frasa dan kalimat.[8]
Penguasaan tatabahasa bukanlah tujuan
pembelajaran bahasa, melainkan sarana untuk membantu para siswa agar mampu
berbicara, membaca dan menulis dengan benar. Tata bahasa dipelajari agar
pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahamainya
dengan baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk ucapan. Jadi dalam
pembelajarannya, siswa tidak cukup dengan menghafal kaidah-kaidah tata bahasa,
melainkan setelah itu siswa harus mampu menerapkan kaidah itu dalam membaca dan
menulis teks berbahasa Arab. Dengan kata lain, penguasaan kaidah-kaidah nahwu
sebagai sarana berbahasa bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran tentang
bahasa.[9]
Media pembelajaran kosakata yang dapat
digunakan diantaranya:
a.
Kotak Tatabahasa
Yaitu sebuah kotak
yang berbentuk kubus, biasanya berukuran 20 cm x 25 cm, dan masing-masing dari
sisi kubus tersebut terdapat kosakata baik berbentuk kata kerja, kata benda,
huruf atau yang lainnya.
b.
Papan Saku
Papan saku merupakan
papan yang terbuat dari kayu seperti papan biasa, hanya saja papan saku
ditambah dengan tempat seperti saku, dimana fungsinya untuk meletakkan kartu
yang telah disiapkan oleh guru.[10]
c. Papan Tali
Papan tali merupakan
papan yang terbuat dari kayu seperti papan biasa, hanya saja papan tali
ditambah dengan tali yang memanjang dari kanan ke kiri sebagai gantinya saku. Guru menyiapkan papan kayu, kemudian
membentangkan tali beberapa tingkat. Guna dari tali tersebut digunakan untuk
menggantungkan kartu kosakata yang digantungkan secara acak. Dan biasanya kartu yang
digunakan adalah kartu kosakata (bithoqoh wamdhiyah). Setelah sebelumnya siswa di bekali beberapa
kosa kata baru, siswa diminta untuk menata gantungan kartu yang acak tesebut
menjadi sesuai dengan tata bahasa yang benar.
d.
Fi’il (kata kerja) atau dharaf (tempat)
Permainan bahasa, seperti “apakah anda pemerhati yang baik”.
Dengan permainan ini, guru menunjukkan sebuah gambar yang besar (sebaiknya gambar
yang penuh dengan kesibukan orang) dalam waktu yang secukupnya untuk dilihat
secara detail, kemudian gambar ditutup atau disembunyikan dari penglihatan
siswa dan guru mulai melontarkan pertanyaan pada setiap siswa di kelas,
seperti: ..[11]
[1] Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
UIN Malang- Press, 2009), hlm. 53-55.
[3] Azzura Citra, Jenis-Jenis Media Pembelajaan, http://azzuracie.wordpress.com / (on line) diakses pada tanggal /14.10.2013/17. 07
[6]Abdul Hamid dkk,
Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media,
(Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 61-62.